Eps : 2
Khirx menyingkirkan ranting-ranting pohon yang menghalangi jalannya. Lalu ia melihat tenda-tenda besar yang berjejer rapi di hamparan rumput luas. Khirx berjalan ke arah tenda-tenda itu diikuti dengan Neca.
Lalu keduanya merasa di sambut oleh tatapan dari semua yang ada disana. Bukan manusia, melainkan manusia-hewan, dama seperti Neca. Beberapa dari mereka ada yang menghindar, bersembunyi, pura-pura tidak melihat keberadan Khirx. Itu semua karena mereka takut padanya.
Neca melihat beberapa dari mereka yang gemetar ketakutan ketika melihat Khirx, beberapa ada yang berbincang-bincang sambil sesekali melirik ke arah keduanya. Neca sedikit tidak nyaman dengan keadaanya.
"Khirx..." Panggilnya berbisik.
"Apa?"
"Sepertinya... Mereka membicarakanmu."
"Ah, aku sudah tahu itu. Kenapa? Kau tidak nyaman? Tidak suka jadi pusat perhatian? Kalau begitu kau boleh pergi."
"Khirx~" Neca kembali mengeluh dengan sikap Khirx.
"Tutup mulutmu kalau tidak mau pergi sendiri."
Dari awal Khirx sudah tahu. Ia tahu kalau mereka semua sedang membicarakannya atau takut padanya. Yah, terima kasih dengan semua inderanya yang tajam, ia kini mendengar semua perbincangan itu.
"Dia yang namanya manusia?"
"Yah, namanya Khirx kalau tidak salah?"
"Hei, aku takut."
"Melihatnya saja sudah membuat bulu kudukku merinding."
"Sudah dulu. Bagaimana jika ia mendengarnya?"
"Tidak mungkin. Jarak kita kan cukup jauh."
"Aku dengar inderanya sangat tajam. Bisa jadi ia mendengar kita..."
"Bohong!"
"Astaga, itu sangat menakutkan."
Khirx menatap ke arah manusia hewan itu dengan sorot matanya yang tajam. Jangan berharap tatapannya akan lembut. Ia orang yang benar-benar dingin sampai rasanya mustahil untuk di cairkan. Ia melihat para manusia-hewan yang sedang membicarakannya bak berita panas di siang hari yang panas.
"Domba, Kelinci, Tikus, Tikus, dan..."
Khirx menghela nafas. "Apa yang sedang kulakukan?"
Khirx masuk ke dalam salah satu tenda besar, tenda berwarna biru laut. Pemandangan berbagai macam persenjataan langsung menyambutnya ketika ia masuk ke dalam. Dan rupanya penjual senjata-senjata itu terkejut ketika melihat Khirx. Penjualnya adalah seekor Serigala.
Kira-kira apa yang akan di lakukan Seigala itu? Membuat Khirx ketakutan? Atau malah sebaliknya? Sayangnya seekor Serigala pun diam tak berkutik ketika di hadapkan dengan seorang manusia bernama Khirx. Menakutkan memang.
"A-apa yang bisa saya bantu tuan?" Suara Serigala itu cukup bergetar. Ia sudah menahan suaranya agar terdengar alami, tapi itu semua percuma di hadapan Khirx.
"Aku mau pedang terbaik yang kau miliki."
"A-ah, soal itu..."
"Ada apa?"
"Setengah jam yang lalu. Seekor gadis rubah datang dan membelinya. Saya tidak punya senjata yang lebih baik dari senjata yang telah di belinya." Rasa gugupnya berkurang.
"Dimana ia tinggal? Apa kau tahu?"
Neca tereranjat. "Khirx, kau mau apa?"
Khirx tidak menghiraukan Neca dan memilih untuk mendapatkan jawaban dari Serigala di hadapannya.
"Gadis Rubah itu tinggal di wilayah Alpes. Orang-orang mengatakan kalau ia manusia-hewan yang cukup hebat dalam bertarung. Ia juga suka mengoleksi berbagai macam senjata terutama senjata langka dan terkutuk."
"Terkutuk, ya..."
Kata terkutuk membuat Khirx mengingat masa lalunya sedikit. Hanya sedikit. Yang ia inginkan sekarang hanyalah pedang baru yang bagus.
"Khirx, jangan bilang..." Kalimat Neca terpotong.
"Dimana kau bilang?" Tanya Khirx memastikan.
"Wilayah Alpes, pegunungan beku."
"PEGUNUNGAN BEKU KAU BILANG?!" Neca menaikkan suaranya.
"Oh, baiklah."
"Khirx..."
Khirx menoleh. Dilihatnya telinga kucing Neca yang di turunkan, ekornya bergoyang ke kanan dan kiri. Ia menatap Khirx memelas.
"Jangan pergi ya~"
"Aku pergi~"
"DASAR PENJAHAT!"
"Ah, kau punya mantel?" Tanyanya pada Serigala. Lagi-lagi ia tidak menghiraukan Neca.
"Tunggu sebentar." Serigala itu masuk ke bagian tenda yang lain dan keluar dengan membawa 2 mantel berbulu lengkap dengan sarung tangan juga sepatu boots.
"Berapa keping?" Tanya Khirx. Menanyakan harga.
"Tidak perlu tuan..." Serigala itu merendah.
"Aku tidak nyaman menerimanya begitu saja." Khirx mengambil mantel tersebut dan menyimpan 2 keping emas di meja kayu.
"Terima kasih tuan..."
Khirx meninggalkan tenda dengan Neca yang memberengut kesal. Khirx menatap langit biru yang luas.
"Alpes, pegunungan beku, ya..." Khirx melemparkan salah satu mantel pada Neca.
"Pakailah. Kau membutuhkannya juga kan?"
"Kenapa kau tidak menerimanya saja tadi? Ia memberikannya secara cuma-cuma padamu."
Khirs melirik Neca. "Memangnya kenapa? Aku yang membelinya. Kau tidak berhak protes."
"Ya, ya. Semaumu saja."
"Walaupun aku tahu ia memberikannya secara cuma-cuma juga. Aku tetap tidak akan menerimanya."
"Kalau mau protes, kau masih punya kesempatan untuk pergi. Jika tidak, berhentilah mengoceh dan bersiap-siaplah. Kita akan pergi ke Alpes."
To Be Continued