Eps : 01
"Kekuatan ini membuat semuanya tunduk."
"Bagaimana jika ada hal mengerikan terjadi?"
"Ini membuatku kecewa."
"Apa hanya satu orang yang bisa melakukannya?"
"Kuharap kau bisa memegang kutukan ini!?"
Angin yang berhembus menggoyangkan pepohonan, terdengar suara gemercik air dari air terjun yang besar. Panas matahari yang menyengat membuat si pemuda membuka matanya. Ia memandang langit biru dengan awan berarakkan.
Ia bangun dari tidurnya dan duduk bersandar pada sebatang pohon besar di belakangnya. Kembali di tutup matanya yang lelah, angin yang sejuk menggoyangkan rambut putihnya perlahan.
Ah, kau menyadarinya ya. Di usianya yang terbilang muda, rambutnya telah berwarna putih. Sebenarnya, rambut itu tidak berubah menjadi putih melainkan berwarna putih sejak lahir.
Ia mengambil sebuah anak panah di sampingnya dengan mata terpejam. Lalu di ambilnya busur dengan tangan kanannya. Ia mengarahkan ke langit lalu anak panah itu melesat dengan cepat dan tepat mengenai seekor burung yang sedang terbang di langit. Pemuda yang terlalu hebat memang. Membidik dengan matanya yang terpejam.
Burung tersebut terjatuh tepat di depan si pemuda, ia membuka matanya dan memperlihatkan matanya yang sangat indah berwarna putih keperakan. matanya bisa melihat dengan tajam, pendengarannya pun sangat tajam. Indera penciumannya? Jangan di tanyakan lagi, penciumannya juga sangat tajam. Terlalu mengerikan untuk di sebut sebagai manusia lagi.
Ia menatap burung di hadapannya dengan dingin, sorot matanya begitu tajam seolah tengah menatap seorang pengkhianat. Bangun dari duduknya dan membungkuk untuk mengambil burung itu. Di acungkannya dengan tangan memegang si anak panah.
Terdengar suara dari balik semak-semak. Inderanya yang tajam tidak mungin salah dalam menebak. Seseorang yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, sebut saja ia seorang gadis. Gadis yang tengah bersembunyi di semak-semak itu pun keluar dengan tangan kiri memegang sebilah pedang yang melebihi tinggi badannya. Gadis itu menghela nafas melihat pemuda berambut putih di hadapannya.
"Burung lagi? Ayolah Khirx, aku bosan makan burung." Kata si gadis patah semangat. Ia memang seorang gadis, tapi kuberi tahu, ia menyerupai kucing lengkap dengan telinga kucing dan ekornya. Hanya saja perawakannya persis seperti manusia. Manusia dengan wujud kucing berwarna putih. Jika ia manusia, tentu sangat cantik karena kucing ini pun juga sudah sangat cantik.
Khirx atau dengan kata lain si pemuda berambut putih melempar burung itu pada manusia kucing, ia berjalan melewatinya tanpa mempedulikan keluhan si manusia kucing.
"Setidaknya aku masih menyayangimu Neca. Jika tidak aku tidak akan memberikan burung itu padamu dan membiarkanmu mencari makanan sendirian."
"Hei! Kau mau kemana? Khirx? Kau dengar aku?!" Teriak Neca, si manusia kucing.
"Akhir-akhir ini kau jadi semakin berisik. Kita pergi ke kota, aku mau membeli pedang baru."
To Be Continued...
My Wattpad : @mirufikaia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar